Saturday, July 25, 2009

Para teroris mempraktekkan apa yang kita ajarkan

Setiap kali ada ledakan bom, para pemuka agama menjadi sangat sibuk. Mulai dari menjadi narasumber di televisi sampai seminar-seminar. Mulai dari himbauan di mesjid, gereja dan vihara sampai bikin buku. Mulai dari mengutuk serangan bom sampai membela diri bahwa agama tidak mengajarkan kekerasan dalam bentuk apapun.

Apa benar agama tidak punya kontribusi terhadap segala bentuk kekerasan termasuk terorisme? mengapa para pemuka agama selalu merasa membela agama mereka walaupun tidak ada orang yang secara implisit mengatakan bahwa agama mendukung kekerasan?
Saya kira umat beragama harus berani jujur mengatakan bahwa agama memang menyumbangkan bahan bakar yang cukup besar untuk kekerasan.

Agama-agama Semit seperti Kristen, Yahudi, Islam yang punya klaim ketuhanan yang kuat punya unsur kekerasan yang kuat bahkan dalam kitab-kitab suci mereka. Dalam Perjanjian Lama agama Kristen dan Katholik misalnya bisa kita temukan unsur-unsur kekerasan yang kuat. Dan karena itu ritual korban menjadi central untuk mencegah timbulnya korban sosial yang lebih besar. Walaupun dalam Perjanjian Baru, paradigma korban ini diaminkan dalam pengorbanan Yesus Kristus (sehingga tidak perlu ada korban-korban lain lagi) semangat korban dan kekerasan ini kadang masih kental.

Dalam praktek bergama sehari-hari, banyak penganut agama sebenarnya munafik: kekerasan selalu diajarkan dari mimbar-mimbar gereja dan masjid kita secara terang-terangan. jangan heran terorisme selalu menemukan lahan subur untuk bertumbuh. Agama yang eksklusif adalah lahan yang sangat subur untuk terorisme.

Jadi tak usah munafiklah tiap kali mencounter dan membela agama (praktek agama) sebagai yang tak bersalah, karena para teroris sebenarnya telah dididik secara benar oleh kita.

salam

No comments: